Selain kualitas produk, hal yang mendorong ketertarikan seseorang terhadap suatu brand adalah cerita di baliknya. Brand marketing adalah upaya untuk mewujudkan hal tersebut.
Tak hanya menarik minat konsumen, kegiatan marketing jenis ini juga bisa meningkatkan loyalitas pelanggan.
Nah, salah satu cara untuk meningkatkan brand loyalty adalah membangun hubungan yang baik antara brand dengan konsumen.
Lalu, bagaimana caranya supaya brand bisa membangun hubungan dengan konsumen lebih dari sekadar penjual dan pembeli?
Definisi Brand Marketing
Apa itu brand marketing?
Dilansir dari Amazon, brand marketing adalah sebuah proses membangun relasi antara brand dengan konsumennya.
Untuk dapat melakukan hal ini, kamu tak hanya perlu mempromosikan kelebihan produk atau jasamu, tetapi juga brand secara keseluruhan.
Jadi, konsumen tidak hanya mengetahui merek produk, tetapi juga brand, yaitu identitas dan karakteristik yang telah kamu rumuskan sebelumnya.
Selaras dengan hal itu, Rebrandly juga menambahkan bahwa brand marketing adalah cara untuk menghubungkan antara identitas, nilai, dan personality brand-mu dengan para konsumen.
Tujuan Brand Marketing
Dari penjelasan di atas, setidaknya ada dua tujuan dari brand marketing, yaitu membangun hubungan dengan konsumen dan membangun brand value.
Coba sekarang kamu sedikit evaluasi, bagaimana hubungan yang terbentuk antara brand kamu dengan para konsumen?
Apakah mereka hanya sekadar membeli, atau mereka juga memiliki ketertarikan secara emosional dengan brand?
Koneksi antara brand dan konsumen yang baik haruslah kuat, positif, dan terhubung secara emosional. Dengan begitu, kamu bisa mengubah konsumen menjadi brand advocate.
Apa itu brand advocate?
Brand advocate adalah seseorang yang secara sukarela membicarakan hal positif mengenai brand kamu melalui word of mouth.
Sementara, brand value ini berperan penting agar publik bisa memiliki persepsi tentang brand sesuai dengan persepsi yang berusaha dibentuk.
Perbedaan Brand Marketing dan Product Marketing
Menurut Business 2 Community, product marketing merupakan strategi yang dilakukan perusahaan untuk memaksimalkan positioning produk.
Kegiatan product marketing berkaitan erat dengan bagian sales untuk meningkatkan penjualan dan bagian product untuk mengembangkan produk yang lebih baik.
Selain itu, product marketing juga meliputi proses seperti mengembangkan value proposition dan bekerja sama dengan tim customer success agar mereka memahami seluruh fitur produk.
Di sisi lain, sesuai dengan definisi di atas, brand marketing lebih berfokus pada upaya menjalin hubungan dengan konsumen.
Bukan menekankan pada angka penjualan, brand marketing bertujuan agar konsumen dapat mengingat brand pertama kali saat membutuhkan produk atau jasa tertentu.
Strategi Mengoptimalkan Brand Marketing
1. Memahami brand purpose
Sebelum melangkah lebih jauh, kamu terlebih dahulu harus mengetahui apa purpose atau alasan dari diciptakannya brand kamu.
Apabila kamu masih kesulitan memaparkan purpose itu, coba jawab beberapa pertanyaan di bawah ini.
- Who is your target audience? (Siapa target audiensmu?)
- Why would they trust you? (Mengapa mereka harus mempercayai brand kamu?)
- What does your brand make them feel? (Perasaan seperti apa yang kamu ingin konsumen rasakan terhadap brand kamu?)
- What challenge does your brand solve? (Tantangan apa yang berusaha diatasi oleh brand?)
- Who are your competitors? (Siapa kompetitormu?)
- What is your brand’s background story? Why was it created in the first place? (Seperti apa cerita dibalik pembuatan brand? Mengapa brand ini diciptakan?)
- If your brand was a person, who would they be and why? (Jika brand kamu adalah seorang manusia, kira-kira siapakah dia dan mengapa kamu memilihnya?)
Ini merupakan langkah paling pertama sebelum kamu menciptakan sebuah brand persona.
Mulai dari logo, typography, hingga color palette, semuanya harus merepresentasikan brand purpose tersebut.
2. Riset target market
Untuk memahami siapa target market kamu, buatlah sebuah buyer persona.
Buyer persona dapat menggambarkan konsumen ideal bagi produkmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat personalisasi untuk mereka dalam strategi marketing supaya lebih tepat sasaran.
Sama seperti saat merumuskan brand purpose, kamu juga perlu menjawab beberapa pertanyaan mengenai buyer persona.
Mulai dari usia, tempat tinggal, latar belakang pendidikan, pekerjaan, apa yang mereka suka dan tidak suka, apa yang mereka minati dan tidak, dan apa yang mereka butuhkan dari sebuah produk atau jasa.
3. Buat dan bagikan ceritamu
Seperti yang disebutkan di atas, brand marketing adalah upaya untuk membangun koneksi dengan para konsumenmu.
Jadi, untuk membuat mereka merasa terhubung secara emosional dengan brand, kamu butuh sebuah cerita.
Cerita brand atau brand story tidak harus melibatkan sesuatu yang rumit atau berat. Kamu bisa mengemasnya sesederhana cerita di balik resep roti dan kue yang kamu buat, misalnya.
Resep ini kamu pelajari dari nenek yang menemanimu sejak kecil. Meskipun masyarakat sering mengejek hobi yang identik dengan hobi perempuan ini, nenek selalu mendukung apapun yang kamu sukai.
Kamu ingin para konsumenmu dapat merasakan kehangatan seorang nenek dan dukungan untuk melakukan apapun yang kamu cintai, terlepas dari gender kamu.
Konsumen yang merasa relatable dengan cerita ini, pasti dengan sendirinya akan merasakan adanya keterikatan dengan brand.
4. Kenali kompetitormu
Mengenali kompetitor sama pentingnya dengan mengenali target market-mu.
Jangan sampai strategi dan cerita yang sudah kamu kemas, ternyata sudah pernah dipakai oleh kompetitormu.
Jadi, kuncinya adalah dengan melakukan competitor analysis.
Kamu perlu mengidentifikasi apa bedanya kamu dengan mereka dan fokuslah pada messaging yang kamu kemas.
Misalnya, jika kompetitor dikenal sebagai brand yang menawarkan harga terjangkau, mungkin kamu bisa menyainginya dengan menyampaikan pesan bahwa produkmu mengedepankan kualitas.
Dari sini, dapat kita lihat bahwa marketing communication juga merupakan komponen utama dalam brand marketing.
5. Buat brand guidelines
Brand story hingga brand purpose yang telah dirumuskan akan terasa percuma jika pada eksekusinya ternyata kurang konsisten.
Untuk menjaga konsistensi, diperlukan sebuah brand guidelines. Guidelines ini akan berisi berbagai panduan elemen brand kamu.
Termasuk logo, typography, color palette, brand story, tagline, tone of voice, dan lain-lain.
McDonalds adalah brand yang sangat mudah dikenali oleh orang-orang meskipun mereka hanya melihat sepenggal logo dan tulisannya.
Hal itu bisa terjadi berkat konsistensi mereka memakai identitas brand.